Merayakan Natal di Masa Pandemi
Pohon Natal di Hotel Adimulia Medan |
Natal di masa pandemi? Sudah terbayangkah akan jadi seperti apa Natal tahun ini dimana pandemi corona masih saja merebak?
Tak terasa Natal sebentar lagi tiba. Natal menjadi momen yang sangat dinantikan oleh seluruh umat Nasrani di seluruh belahan dunia. Di setiap Natal akan tiba, semua umat Nasrani berbondong-bondong mempersiapkan atribut Natal dengan antusias. Bahkan untuk sebagian orang, Natal jauh lebih bermakna dibandingkan hari ulang tahunnya sendiri. Mereka lebih antusias menunggu hari Natal dibandingkan menunggu hari ulang tahunnya sendiri.
Ketika sudah memasuki awal Desember, sudah tampak berbagai ornamen Natal seperti pohon natal, santa claus, kue – kue khas natal banyak kita temui. Di mall, supermarket dan minimarket dapat kita jumpai hiasan-hiasan natal yang menarik. Tak hanya itu, lantunan lagu-lagu natal pun bergema mengisi ruangan.
Tapi apakah hal-hal di atas masih bisa dirasakan di masa pandemi saat ini? Di saat kondisi seperti ini, kita dilarang untuk berkumpul dan beribadah di rumah. Bahkan umat Nasrani pun melakukan ibadah di rumah saja, tidak pergi ke gereja.
Pandemi juga pasti akan merubah suasana natal tahun ini. Mungkin saja tidak akan ada kumpul-kumpul untuk merayakan natal, merayakan malam natal di gereja, dan lain sebagainya.
Namun, tak hanya umat Nasrani saja yang antusias menyambut Natal. Banyak orang menantikan hari Natal untuk mengejar diskon besar-besaran di akhir tahun. Tapi kita masih bisa menikmati Natal di masa pandemi ini dengan memperhatikan beberapa hal.
Ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk merayakan Natal. Tak perlu mewah, karena makna natal sesungguhnya adalah mensyukuri nikmat Tuhan yang diberikan. Kumpul keluarga, makan bersama di rumah bisa jadi sangat bermakna di hari Natal.
Pada hakikatnya Natal adalah kesederhanaan. Tidak ada salahnya membeli pakaian baru di Hari Natal, menyiap kue dan makanan yang enak, menghias rumah dengan berbagai ornament natal, tapi jangan sampai kesederhanaan dan makna natal justru luntur.
Dengan hadirnya Natal justru kita diingatkan untuk saling menjaga rasa solidaritas dan persaudaraan terhadap orang-orang yang terhilang, terpinggirkan dan menderita.
Hal lain yang diharapkan di hari Natal yaitu kado dari para saudara. Sebenarnya sah-sah saja jika berharap sesuatu di hari Natal, namun ada baiknya jika kita berbagi di hari Natal. Bukan seberapa banyak yang kita dapat, tapi seberapa besar kita mau “berkorban”. Seberapa besar “pengorbanan” kita terhadap Tuhan yang telah rela membebaskan umatnya dari belenggu iblis dan dosa serta memberikan hidup kekal di sorga bersama-Nya kelak. Karna makna Natal yang sesungguhnya adalah “pengorbanan”.
Oleh karena itu, sangat perlu sekali merenungkan kembali makna natal yang sebenarnya. Sudahkah kita memahami esensi Natal yang sesungguhnya? Kita harus merenungkan, sudahkah kita melakukan yang terbaik untuk Tuhan? Sudahkah kita berkorban layaknya Yesus berkorban untuk kita? Jangan sampai esensi natal hilan karena hiruk pikuk dan meriahnya perayaan natal atau justru “perayaan natal” yang tidak benar. Karena justru kemeriahan iu lah yang mengaburkan segala makna natal yang sesungguhnya. Perayaan natal di diskotik, huru hara, pesta yang tidak sepatutnya akan merusak citra natal dimana seharusnya kita merayakan natal dengan penuh hikmat. Mensyukuri nikmat yang telah Tuhan berikan serta berkaca apakah kita sudah memberikan yang terbaik untuk Tuhan dan diri kita sendiri.
Pohon Natal di Hotel Menara Peninsula
Jadi natal yang sesungguhnya bukan mengenai pohon natal, kue natal, baju baru dan lain sebagainya namun tentang bagaimana kita memaknai natal dan mendekatkan diri pada Tuhan. Jadikan musibah pandemi ini sebagai renungan untuk kita agar kita terus berharap kepada Tuhan agar senantiasa menjaga kita.
0 Comments