Pengalaman Terpapar Covid-19 Satu Keluarga Besar
sumber : detiNews |
Pandemi di tanah air ini memang belum berakhir. Kabar buruknya, korban terpapar justru semakin banyak namun tingkat kesadaran para warga juga masih minim dalam ikut serta memutus rantai penularan Covid-19 ini. Nyatanya paparan corona ini akhirnya menyerangkubahkan satu keluarga besarku.
Gejala Awal Sebelum Aku Dinyatakan Positif Covid
Awalnya Aku memang memiliki penyakit sinusitis yang sudah lama tidak kambuh selama beberapa waktu. Sayangnya di malam natal kala itu, Aku mengalaminya lagi dengan beberapa gejala lebih parah dari pada sebelumnya saat kumbuh.
Beberapa gejala yang Aku rasakan justru kebanyakan terasa pening di sekujur tubuh khususnya di atas mata dan tulang pipi. Aku pun selalu merasakan perasaan menggigil dan juga hidung mampet. Sayangnya, Aku sudah lama tidak membeli obat sehingga stoknya pun habis.
Biasanya Aku memang mendapatkan obat itu ketika sedang berada di luar negeri. Adanya pandemi ini tentu hal tersebut tidak bisa dilakukan dengan mudah. Alternatif yang dapat Aku lakukan hanya dengan menempelkan koyo dan berjemur di bawah sinar matahari serta sauna namun hasilnya pun nihil.
semuka penuh koyo dan tetap tidak terasa panas |
Hasil Tes Swab yang Menunjukkan Terindikasi Terpapar Covid 19
Seiring berjalannya waktu, Aku merasakan jika gejala yang sedang dialami bukanlah sinusitis seperti biasanya. Tepatnya tanggal 31 Desember silam, Aku sudah merasakan jika indera penciuman sudah tidak berfungsi dengan baik.
Akhirnya Aku pun mencari rumah sakit secepatnya untuk melakukan tes swab agar mengetahui hasilnya secara akurat. Rasa khawatir menjadi OTG atau Orang Tanpa Gejala juga terus menghantuiku. Sayangnya RS pun sudah banyak yang tutup.
Alhasil tes swab yang baru Aku peroleh di tanggal 1 Januari dulu menunjukkan jika hasilnya positif. Tentu kabar di awal tahun ini sangat mengejutkan sekaligus menjadi bencana bagi keluarga besar. Pasalnya Mama, Papa dan Kakak laki-laki pun juga terindikasi karena Kami memang tinggal serumah.
hasil swap antigen keluarga inti ku |
Berbagai Cara Dilakukan Demi Penyembuhan dari Covid-19 Bersama Keluarga Besar
Tidak hanya keluarga yang ada di rumah saja, sayangnya ada juga Adik, suaminya dan ponakannya sempat berkumpul selama malam natal. akhirnya hasil tes swab mereka juga menunjukkan positif. Papa dan Mama Mertua dari Adik pun ikut tertular setelah mengikuti serangkaian tes.
Kami pun selalu berjaga jarak, menggunakan masker, rajin cuci tangan serta mengonsumsi obat Cina untuk mempercepat proses penyembuhan. Gejala yang Kami rasakan pun juga berbeda-beda mulai dari linu, diare, batuk kering dan masih banyak lagi.
Kami hanya mengonsumsi obat sesuai dengan anjuran dokter. Sementara makanan yang dikonsumsi dipastikan memiliki kandungan tinggi protein. Berjemur dan istirahat cukup tentu selalu dilakukan dan tidak kalah pentingnya yakni menjaga satu sama lain agar saling berbagi energi positif dan kebahagiaan.
Kondisi Mama yang Sempat Drop
Tepatnya di tanggal 4 Januari, kondisi Mama sempat drop hingga membuat banyak anggota keluarga ikut panik. Pasalnya saturasi oksigen sangat menurun drastis. Keadaan seperti ini akhirnya membuat Kami membawa Mama ke Bandung.
Isolasi mandiri cukup bagi orang-orang dengan gejala ringan. Bagi beberapa orang yang terindikasi gejala Covid-19 dan mengalami gejala cukup parah ataupun memiliki penyakit degeneratif lainnya seperti Papa dan Mama, memang harus segera menjalani perawatan medis dirumah sakit.
Hal ini pun dirasakan oleh Papa Mama ketika mereka memang sebagai komorbid dimana memiliki penyakit bawaan lainnya sebelum mengalami gejala Covid-19 ini. Penyebab ini nyatanya membuat keduanya mengalami gejala lebih parah meskipun Kami semua sama-sama merasakan anosmia. Anosmia sendiri merupakan gejala yang paling umum dirasakan bagi pasien terindikasi Covid-19 dimana kehilangan indera penciuman. Sayangnya Papa dan Mama bisa dikatakan lebih parah karena diikuti oleh hipoksia atau keadaan kekurangan oksigen dalam jaringan di tubuh. Tentu saja kondisi hipoksia ini menunjukkan bahwa adanya masalah dengan organ di sistem pernafasan. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa Kami memutuskan untuk membawa Papa dan Mama ke rumah sakit daripada harus menjalani isolasi mandiri karena gejalanya juga kian parah.
1. Papa dan Mama Harus Tinggal di Rumah Sakit
Keputusan untuk membawa Mama ke Bandung lantaran Adikku sendiri kebetulan seorang dokter yang lebih paham akan tindakan selanjutnya tanpa harus menunggu di rumah sakit terlalu lama. Cek medis akhirnya membuat Papa dan Mama harus tinggal di RS tersebut untuk mendapatkan perawatan.
Untungnya, Papa dan Mama diletakkan dalam satu kamar sehingga masih bisa saling berkomunikasi satu sama lain. Keduanya perlu dipasang alat untuk menambah oksigen dan harus dilakukan pemantauan terus menerus secara rutin.
2. Kondisi Mama Masih Belum Membaik
Tepatnya tanggal 9 Januari Mama akhirnya dipindahkan dari ruangan yang awalnya bernama LCA untuk ke ICU. Tentunya kondisi Mama semakin memburuk bahkan harus dipasang beberapa alat pemantau lainnya selain selang oksigen seperti pendeteksi denyut nadi, saturasi oksigen dan hard rate.
foto ini diambil dari kaca luar |
3. Alternatif Pengobatan untuk Mama
Sayangnya donor plasma darah dengan golongan sama dengan Mama yakni O+ sedang kosong. Beberapa Lembaga PMI pun menunjukkan hasil yang sama karena harus memenuhi stok dari rumah sakit. Untungnya Tuhan akhirnya memberikan kabar baik karena Kami mendapat pendonor.
Pendonor ini kebetulan merupakan teman sendiri dari Adikku yang kebetulan juga dokter. Tanggal 12 Januari akhirnya Mama dimasukkan beberapa ampul actemra dan 2 labu plasma darah secara berangsur-angsur hingga menunjukkan perubahan lebih stabil.
Jadi pengobatan actemra ini merupakan obat untuk peradangan sendiri namun kini telah diklaim oleh dokter di China jika mampu mengobati virus Corona. Hal ini disebabkan karena beberapa pasien yang kritis berhasil sembuh dalam waktu 2 minggu meski belum disetujui oleh WHO secara resmi.
sumber : google |
Sementara untuk pengobatan donor plasma sendiri juga dikarenakan adanya penelitian bahwa pemberian plasma dari pasien sudah sembuh bisa membantu orang yang masih berjuang melawan virus ini. Terapi ini juga sudah digunakan sejak lama dari penanganan SARS, MERS dan Ebola.
Dan aku juga baru tau kalau plasma darah itu kunnig sumber : google |
Seorang peneliti bernama David H. Muljono dari Eijkman Institute juga menyebut bahwa terapi plasma darah ini tidak memiliki efek samping untuk menyembuhkan pasian Covid-19. Bagian darah ini nantinya akan berperan sebagai antibodi spesifik sekaligus meningkatkan sistem imunitas.
4. Kondisi Papa dan Mama yang Membaik
Tanggal yang serupa yakni 14 Januari ketika Mama kembali dimasukkan actemra, dan Papa akhirnya sudah bisa repas selang. Kabar ini tentu menjadi perkembangan positif bagi Kami sekeluarga karena juga diikuti kabar Mama turut membaik.
Papa akhirnya sudah bisa bernafas seperti biasa lagi tanpa menggunakan bantuan dari selang oksigen. Awalnya Papa berada di ruangan LCA sendirian semenjak Mama dipindahkan ke ruang ICU. Keduanya pun sudah menunjukkan perubahan yang positif.
Hasil Baik Mengikuti ke Keluarga Besar dengan Indikasi Negatif
Perkembangan positif yang terlihat pada Papa dan Mama akhirnya menular juga kepadaku, Kakak, Adik sekaligus suaminya serta Papa Mama Mertua Adikku dengan hasil tes swab negatif. Tentu hal ini menjadi kabar baik bagi keluarga besar Kami setelah adanya bencana ini.
Papa dan Mama pun juga sedang menunggu hasil swab yang seharusnya sudah negative dari perubahan positif keduanya. Tes tersebut hanya untuk memastikan saja dimana harusnya tidak menunjukkan indikasi positif.
Beberapa kejadian tersebut tentunya memberikan pelajaran besar bagi Kami dan keluarga besar pastinya. Jadi ketika terpapar Covid-19 seharusnya lapor ke instansi pemerintah langsung seperti puskesmas untuk melakukan tes kesehatan hingga swab agar gratis.
Biaya Selama Tes Swab Hingga Pemulihan
Tentunya sudah banyak biaya yang Kami keluarkan agar sampai ke proses penyembuhan ini. Jadi sebelumnya beberapa gejala pasti terindikasi Covid-19 adalah ketika kadar saturasi oksigen berada di bawah 95%. Kondisi ini mengharuskan Anda untuk langsung dibawa ke rumah sakit terdekat.
Umumnya biaya selama penanganan Covid-19 gratis kecuali jika kondisi pasien benar-benar drop sehingga memerlukan tindakan yang tidak bisa ditanggung oleh negara. Tarif paling mahal yakni ketika harus mendapatkan Actemra hingga mencapai 14 juta untuk satu ampulnya.
Sementara untuk donor plasma darahnya sebanyak 1 labu bisa mencapai 2,5 juta. Pengobatan ini pun juga sulit didapatkan karena stoknya juga tidak selalu ada bahkan di Lembaga PMI sendiripun. Proses peninjauan pemberian actemra per harinya pun tergolong mahal yakni 1,5 juta karena harus cek darah sampai hari kelima.
Tingginya Biaya Pengobatan Covid-19 di Indonesia
Kebanyakan orang memang beranggapan bahwa pengobatan Covid-19 ini sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah. Sayangnya hal ini hanya dijangkau pada obat standar dan biasa saja. Kemenkes sendiri bahkan menyampaikan jika biaya perawatan satu pasien bisa melebihi ratusan juta rupiah.
Tingginya biaya perawatan ini akan bergantung pada beberapa faktor mulai dari keinginan kebutuhan dan permintaan selama pengobatan dilakukan. Misalnya ketika pasien memiliki masa sembuh yang berbeda-beda, bisa dua mingu bahkan dua bulan tentu menambah pengeluarannya.
Dr. Subuh menyampaikan bahwa biaya perawatan Covid-19 ini akan menjadi lebih mahal lagi apabila pasien tersebut memiliki penyakit penyerta atau komorbid. Begitupun pada Papa dan Mamaku. Dr. Subuh melanjutkan bahwa total pengobatan bahkan bisa mencapai belasan juta.
Jadi besarnya biaya pengobatan Covid-19 sampai sembuh akan bergantung dengan perawatan yang digunakan. Banyaknya tes dan pemeriksaan juga ikut mempengaruhi. Terutama jika kebutuhan bagi pasien pun meningkat khususnya apabila sudah memiliki penyakit bawaan.
Keadaan ini pun juga diperparah dengan proses penanganan dari rumah sakit yang cenderung lambat. Bukan tanpa alasan, hal ini terjadi karena ruang isolasi telah dipenuhi oleh pasien sementara tim medis juga harus menentukan skala prioritas untuk segera ditangani.
Penularan Covid-19 ke Teman Adikku yang Masih Mengandung
Salah satu kejadian yang tidak kalah memprihatinkannya yaitu ketika ada kabar teman adikku dimana dia masih mengandung namun harus melakukan tindakan secara paksa untuk mengeluarkan bayinya. Hal ini pun juga disebabkan oleh terpaparnya Covid-19.
Awalnya Adikku yang sedang memberikan vaksin anaknya ke dokter tidak sengaja bertemu dengan temannya. Keduanya pun sempat mengobrol tanpa memberi tahu jika terpapar virus Covid-19 ini sehingga mereka bertemu layaknya orang biasa karna memang saat itu adikku belum tau dia terpapar covid 19.
Akhirnya setelah Adikku memberi tahu temannya, dia langsung tes swab dan sangat disayangkan jika hasilnya menunjukkan positif. Dia mengalami sesak hebat sedangkan kandungannya masih kurang beberapa bulan untuk dilahirkan. Keadaan ini membuatnya disuntik pematang agar dilahirkan paksa.
Sementara adikku, suami dan anaknya juga sempat isolasi di rumah sakit. Hal ini dikarenakan ketiganya mengalami sesak dan juga panas tinggi sehingga harus segera diberikan penanganan untuk mencegah gejala yang lebih parah.
ini saat keluarga kefil adikku diisolasi di rs denga ruangan yang sama |
Kriteria Pendonor Plasma Darah yang Sudah Ditentukan
Selama mencari pendonor plasma darah pun tidak bisa hanya menyamakan golongan darahnya melainkan harus memenuhi beberapa syarat agar donor benar-benar efektif. Sebenarnya metode atempra dan TPK (donor plasma) memang sudah banyak dilakukan karena memanfaatkan imun tubuh.
Kriteria pendonor yang pertama yakni mereka memiliki riwayat konfirmasi positif Covid-19 setidaknya dalam 3 bulan terakhir. Mereka pun sudah dikategorikan sehat dan tidak memiliki penyakit kronis menular melalui media penularan darah seperti hepatitis dan lainnya.
Calon pendonor ini juga sudah dinyatakan bebas dari Covid-19 setidaknya selama 14 hari. Mereka lebih diutamakan selama berada di usia 18 sampai 60 tahun dan berjenis kelamin laki-laki. Sementara bagi perempuan, belum pernah hamil. Berat badan minimalnya harus minimal 55 Kg.
Terpapar Covid-19 Bukanlah Aib di Kalangan Masyarakat
Aku pun sangat setuju dengan pernyataan satu ini. Sayangnya masih banyak orang yang menganggap pasien Covid-19 ini menjadi aib di kalangan masyarakat dan harus dikucilkan. Tentu hal ini justru menjadi kesalahan besar untuk dilakukan. Berikut beberapa poin penting dariku:
1. Corona Bukanlah Aib bagi Orang yang Terpapar
Tentu masih banyak orang yang memiliki asumsi jika terpapar corona harus memberikan pernyataan ke media sosial atau setidaknya mengeluarkan pengumuman bagi sekitarnya. Tentu hal ini membuat mereka menjadi salah kaprah dalam menyikapinya.
Orang yang terpapar Covid-19 justru memerlukan dukungan terutama mental. Kebanyakan dari mereka akan merasakan kejenuhan selama isolasi dilakukan saat masa penyembuhan. Bagi pasien dengan semangat kurang tentu merasa jika tidak memiliki support dari siapapun dan membuat semakin drop.
2. Pernyataan Agnes Monica Terkait Pandemi Covid-19
Agnes Monica pun juga ikut berpendapat mengenai pandemi kali ini. Dirinya mengatakan jika Kita sebagai warga tidak hanya melindungi diri sendiri melainkan juga menjaga keselamatan orang lain. Sayangnya hal ini kurang disadari oleh sebagian masyarakat sehingga virus justru semakin menular.
Sementara bagi orang-orang yang sedang menjalani isolasi mandiri, seharusnya didukung secara fisik maupun mental. Mereka tentu membutuhkan dukungan dari teman dan rekan terdekat demi memutus tali penyebaran Covid-19.
3. Kurangnya Kesadaran Orang-Orang atas Kenyataan Serangan Virus Covid-19
Tentu hal ini masih menjadi penyebab utama mengapa penyebaran Covid di tanah air justru semakin parah. Banyak dari orang-orang belum sadar betul bagaimana pentingnya menjaga satu sama lain dalam memutus penyebaran virus ini padahal biaya pengobatannya sangat mahal dan cukup sulit.
Banyak dari mereka belum menyadari betul apabila teman atau orang terdekatnya terpapar Covid 19. Hal ini menjadikannya tidak sadar betapa pentingnya menjalankan protokol kesehatan seperti sekarang ini masih sering dijumpai kurangnya kesadaran pemakaian masker dan berjaga jarak.
Tips Menjaga Imun Tubuh selama Masa Pandemi
Tentu masih banyak orang yang terpaksa harus beraktivitas di luar rumah selama masa pandemi seperti ini. Mau tidak mau mereka pun perlu meningkatkan sistem imun bagi tubuh agar terhindar dari virus Covid-19 selama bepergian.
Anda perlu mencukupi asupan makanan bergizi untuk meningkatkan imun terutama sayuran dan buah-buahan yang memiliki kandungan antioksidan tinggi. Tidak lupa juga mencukup kebutuhan air putih karena hal ini seringkali dilupakan oleh kebanyakan orang.
Anda juga harus bisa menyisakan waktu untuk berolahraga meskipun hanya di rumah saja. Badan yang sehat bugar tentu akan menjauhkan dari serangan virus Covid-19. Tidak lupa juga dengan mengisi hal-hal positif dan memperbaiki mood karena hal ini juga mempengaruhi sistem imun tubuh
salam schat dari kami 3 keluarga, 1 keluarga besar pejuang covid 19 |
Baca Juga :
Esensi Berdoa Itu Meminta Bukan Memaksa
Stop Dulu Jangan Paksakan Diri
Mengenal Lebih Dalam Siapa Kamu dan Dia
0 Comments