Menyakiti atau Disakiti?
Pertanyaan di atas tentu sudah sering terdengar bagi kebanyakan wanita dimana kebanyakan mereka sedang berada di ujung tanduk dalam sebuah hubungan. Tidak sedikit dari perempuan ini pun justru mengalahkan rasa egonya lantaran perasaan cintanya yang sangat mendalam bagi pasangan.
Menyakiti atau Disakiti?
Pertanyaan seperti ini memang kerapkali ditujukan bagi kebanyakan wanita yang sudah terbukti dilakukan kurang baik oleh pasangan, teman maupun keluarganya. Banyak dari mereka harus memilih membalas untuk menyakiti atau terus disakiti dan menganggap semuanya tidak apa-apa?
Tentu sangat disayangkan jika kebanyakan wanita lebih memilih untuk bertahan pada hubungan tersebut. Tidak hanya dengan pasangan saja, mereka pun seringkali mengalah lantaran kalah dengan perasaan sayang terlalu besar, sudah cukup lama bersama atau alasan lainnya.
Alasan yang dimiliki tersebut memang kurang bisa diterima oleh orang lain. Tentu saja keputusan untuk bertahan atau tidak menjadi tanggung jawab masing-masing dari wanita ini. Sebagai teman atau support system hanya mampu memberikan nasihat dan dukungan kepada mereka.
Timbulnya Perasaan Balas Dendam untuk Menyakiti
Bagi kebanyakan wanita yang sudah merasa dicurangi namun masih memilih untuk bertahan, tentu sering dihantui dengan perasaan untuk membalasnya. Baik kepada pasangan, teman sekalipun keluarga jika mereka memang dirasa toxic bagi kehidupannya.
Sebut saja jika seorang perempuan yang merasa dimanfaatkan oleh teman-temannya namun tidak berani speak up dan memilih untuk diam. Kebanyakan dari mereka ketika sedang sendiri pasti akan timbul perasaan balas dendam. Sayangnya kekuatan dan mental pun belum cukup melakukannya.
Satu hal yang hanya bisa dilakukan oleh mereka yakni dengan memberikan sugesti positif untuk dirinya sendiri. Tidak jarang dari mereka pun menangis sendirian di malam hari dan menjadi satu-satunya cara dalam menguatkan dan mengeluarkan segala perasaannya saat ini.
Bagaimana Jika Lebih Memilih untuk Menyakiti?
Timbulnya perasaan untuk memilih balas dendam pun juga seringkali dianggap menjadi jalan keluarnya. Padahal hal ini belum 100% kebenarannya. Ditambah lagi dengan perasaan wanita yang kebanyakan akan salah mengambil keputusan jika emosinya sedang meninggi.
Bisa Anda bayangkan apabila emosi yang sudah lama terpendam tentu bisa sangat berbahaya untuk dikeluarkan pada pihak terkait. Apalagi jika ditambah dengan munculnya perasaan balas dendam dan siap-siap menyakiti orang tersebut, tentu efeknya akan semakin parah.
Perasaan wanita yang hingga saat ini diketahui belum bisa dikontrol dengan baik dapat dikatakan jika sangat berbahaya jika harus meluapkan emosinya ketika masih tidak stabil, Jadi keputusan untuk menyakiti atau sebaliknya pun harus dipertimbangkan lagi.
Bagaimana Jika Lebih Memilih untuk Disakiti?
Berkebalikan dengan pendapat sebelumnya, keputusan untuk disakiti juga masih dipegang kuat oleh kebanyakan wanita. Mereka memilih tetap tinggal dalam hubungan tersebut lantaran banyak alasan seperti dijodohkan, terlalu cinta atau sudah diancam apabila meninggalkan orang tersebut.
Kasus diancam oleh pasangan atau seorang teman ketika takut disebar akan kejahatan yang dilakukannya tentu sudah banyak terjadi. Sayangnya kebanyakan wanita sebagai korban tidak berani speak up dan memilih untuk diam sehingga mempertahankan hubungan tersebut.
Beberapa wanita memang setuju dengan keputusan ini. Mereka beranggapan jika semua hal yang menimbulkan rasa sakit akan memberikan pembelajaran di kehidupan nantinya meskipun harus menanggung perasaan tidak nyaman dan menyakitkan dalam jangka waktu lama.
Perihal disakiti atau menyakiti tentu menjadi pertanyaan yang cukup sulit bagi wanita. Banyak dari mereka memilih untuk meninggalkan namun tidak sedikit juga justru memutuskan agar tetap bertahan. Keduanya memang memiliki resiko masing-masing tergantung dengan perempuannya itu sendiri.
Baca Juga :
0 Comments